Fajarnews.co, Kutai Kartanegara – Suasana Kelurahan Bukit Biru, Kecamatan Tenggarong, pada Kamis (15/5) malam begitu hangat dan kental nuansa budaya. Warga dari berbagai generasi memadati Panggung Ceria untuk merayakan Tradisi Sedekah Bumi, sebuah ritual yang menjadi wujud syukur atas hasil panen dan rezeki dari alam. Perayaan ini tak sekadar kegiatan adat, tapi juga pengingat nilai-nilai spiritual, kebersamaan, dan gotong royong yang telah mengakar di masyarakat suku Jawa Kutai Kartanegara.
Rangkaian prosesi adat berlangsung meriah. Mulai dari ruwatan yang menjadi simbol penyucian diri dan tolak bala, hingga pagelaran wayang kulit yang menyampaikan pesan moral melalui kisah pewayangan. Arak-arakan gunungan, rayahan gunungan, mangan bareng, pemotongan tumpeng, dan ndungo bareng menjadi puncak acara, menegaskan rasa syukur masyarakat atas limpahan berkah dari alam.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Kukar, Arianto, hadir untuk menyaksikan perayaan dan menyampaikan apresiasi tinggi. Menurutnya, Sedekah Bumi bukan sekadar ritual spiritual dan sosial, tetapi juga memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata budaya. “Ini bukan hanya tradisi, tapi juga bagian dari identitas budaya masyarakat kita, terutama warga suku Jawa di Kukar. Tradisi seperti ini harus kita jaga dan dukung agar tetap hidup dan lestari,” ujarnya.
Antusiasme warga menunjukkan bahwa tradisi ini tetap relevan di tengah arus modernisasi. Arianto menekankan bahwa pelaksanaan Sedekah Bumi tetap digerakkan oleh masyarakat, sementara pemerintah daerah memberikan dukungan berupa konsumsi dan logistik. Untuk pembinaan budaya dan seni, sinergi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan juga diperlukan agar tradisi terus berkembang.
Ia berharap perayaan ini bisa dikembangkan lebih luas dengan melibatkan komunitas budaya dan organisasi seperti Ika Pakarti. Hal ini diharapkan dapat memperluas jangkauan kesenian tradisional seperti wayang kulit dan memberi ruang bagi para seniman lokal, termasuk dalang-dalang muda, untuk mengekspresikan bakatnya.
“Kukar punya banyak potensi seniman lokal, termasuk dalang-dalang muda yang berbakat. Tradisi seperti ini harus memberi ruang bagi mereka untuk berkembang, agar kesenian tidak hanya bertahan, tapi juga tumbuh dan menarik minat generasi muda,” tambah Arianto. Perayaan Sedekah Bumi di Bukit Biru menjadi bukti bahwa warisan budaya leluhur masih hidup dan terus mendapat perhatian dari masyarakat dan pemerintah, sekaligus menjadi media penguatan identitas budaya lokal.
Adv/DisparKukar


