Fajarnews.co – Di tengah era digital yang serba cepat, penggunaan gadget oleh anak-anak menjadi hal yang lazim dijumpai. Namun, menurut psikolog Ayu Imasria, M.Psi, penggunaan gadget yang berlebihan bisa mengarah pada kecanduan. “Kecanduan gadget adalah kondisi ketergantungan yang dialami oleh seseorang yang tidak dapat terlepas menggunakan gadget dalam waktu lama,” jelasnya.
Dalam talkshow interaktif yang digelar oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) RSUD dr. Iskak Tulungagung, Ayu menjelaskan sejumlah ciri anak yang kecanduan gadget. Beberapa di antaranya adalah kesulitan melepaskan diri dari handphone, lebih suka aktivitas individu, dan kesulitan fokus dalam menerima pelajaran. “Anak yang kecanduan gadget biasanya menunjukkan ketergantungan ekstrem dan kesulitan melepaskan diri dari layar,” tambah Ayu.
Selain itu, Ayu juga mengingatkan adanya risiko sosial yang bisa timbul akibat kecanduan tersebut. Ia menyebutkan risiko seperti cyberbullying hingga kekerasan seksual bisa saja mengancam anak-anak yang terlalu sering bermain gadget. Oleh karena itu, pengawasan dari orangtua mutlak dibutuhkan.
Mendampingi talkshow tersebut, dr. Wahyu Sita Wardani, M.Ked. Klin., Sp.KFR, menambahkan pandangan dari sisi medis. Menurutnya, penggunaan gadget yang tidak bijak bisa menyebabkan keterlambatan bicara karena hanya menyediakan komunikasi satu arah. “Gadget merupakan alat komunikasi satu arah, sedangkan anak-anak membutuhkan stimulasi dua arah,” katanya.
Meski begitu, Wahyu mengakui bahwa gadget tetap dapat memberikan manfaat jika digunakan secara tepat. Salah satu keuntungannya adalah membantu anak-anak belajar bahasa asing seperti bahasa Inggris secara lebih cepat. Oleh karena itu, penyesuaian dan pengawasan konten menjadi hal penting dalam penggunaan gadget oleh anak.
Rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menjadi acuan penting dalam pengaturan screen time. Untuk bayi di bawah satu tahun, screen time tidak dianjurkan kecuali untuk video call. Sedangkan anak usia 1–2 tahun disarankan maksimal 1 jam per hari, dan anak 6 tahun ke atas maksimal 2 jam per hari.
Sebagai upaya pencegahan, Ayu menyarankan agar orangtua tidak menggunakan istilah “memberikan” gadget, melainkan “meminjamkan”. Dengan demikian, anak akan lebih mudah dipantau. Selain itu, mengaktifkan kontrol orangtua dan mendampingi anak saat menggunakan gadget juga sangat disarankan.
Lebih lanjut, Ayu mendorong keluarga untuk mencari alternatif kegiatan pengganti gadget. Aktivitas di luar ruangan, permainan fisik, dan keterlibatan keluarga dalam bermain adalah pilihan yang lebih sehat untuk tumbuh kembang anak. “Ada banyak aktivitas pengganti gadget yang dapat dilakukan,” pungkasnya.
Sumber : https://www.liputan6.com/health/read/6047701/jangan-dianggap-biasa-kenali-ciri-ciri-anak-yang-sudah-kecanduan-gadget?page=3
Penulis : Arnelya NL