Fajarnews.co, Kutai Kartanegara – Upacara penurunan bendera merah putih dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di Kutai Kartanegara (Kukar), Minggu (17/8/2025), berlangsung khidmat dan meriah dengan balutan pakaian adat Nusantara.
Bupati Kutai Kartanegara, Aulia Rahman Basri, menyampaikan rasa bangga atas terlaksananya upacara yang diwarnai kekayaan budaya dari berbagai suku.
“Hari ini kita melakukan proses penurunan bendera, dengan tema pakaian Nusantara seperti tahun-tahun sebelumnya. Saya sendiri mengenakan pakaian adat Kutai, sementara Wakil Bupati memakai pakaian adat Bali. Ini menunjukkan betapa banyaknya suku yang ada di Kukar, menjadikan Kukar miniatur Nusantara, miniatur Indonesia,” ungkap Bupati.
Ia menambahkan, keharmonisan yang terjalin di Kukar menjadi modal penting bagi pembangunan daerah ke depan.
“Kita hidup rukun, tentram, aman, nyaman. Bahkan indeks kebahagiaan Kukar tercatat tertinggi di Kalimantan Timur. Ini harus kita syukuri dan pertahankan,” tegasnya.
Terkait pasukan pengibar bendera (Paskibraka), Bupati memberikan apresiasi mendalam.
“Meskipun tadi ada sedikit insiden yang murni tidak disengaja, secara keseluruhan mereka melaksanakan tugas dengan sempurna. Mereka berlatih keras sebulan terakhir, meninggalkan keluarga, dan kami bangga kepada putra-putri pelajar dari seluruh kecamatan di Kukar,” ucapnya.
Wakil Bupati Kutai Kartanegara, Rendi Solihin, menegaskan bahwa penampilan Paskibraka dan pemuda Kukar menunjukkan potensi luar biasa.
“Ini kekuatan besar untuk Kukar di masa depan. Kutai Kartanegara bisa menjadi barometer kepemudaan di Indonesia. Kukar pernah masuk dalam jajaran atas industri ekonomi kreatif nasional, dan saya yakin di tahun-tahun mendatang kita mampu bersaing melalui produk-produk unggulan,” ujar Rendi.
Selain upacara, paduan suara yang ditampilkan juga mendapat apresiasi tinggi dari Bupati.
“Luar biasa, serasa kita disuguhkan orkestrasi tingkat internasional. Tidak banyak daerah yang punya potensi seperti ini, dan Kukar memilikinya. Ditambah dengan iringan tari, ini menunjukkan potensi seni budaya yang besar di Kukar,” tambah Bupati Aulia.
Ketua DPRD Kukar, Ahmad Yani, menegaskan bahwa penggunaan pakaian adat dalam upacara ini adalah wujud nyata kebinekaan.
“Ini artinya kita mengedepankan persatuan. Semua mengenakan pakaian adat masing-masing daerah, namun tetap berada dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Inilah makna Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu,” ujarnya. Ahmad Yani sendiri tampil mengenakan pakaian adat Bugis.
Acara sore itu juga dimeriahkan Parade Kirab Paguyuban yang menampilkan berbagai organisasi kedaerahan, antara lain:
• Ikatan Suku Dayak
• Ikatan Keluarga Batak
Sri Rezeki Tenggarong
• Ikatan Keluarga Madura
• Ikatan Keluarga Bayuwangi
• Ikatan Keluarga Paguyuban Minang
• Ikatan Keluarga Paguyuban Bali
•Ikatan Keluarga Tanah Jawi (Ikapakarti)
• Ikatan Keluarga Sriwijaya
• Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS)
• Kerukunan Keluarga Mandar Sulawesi Barat
• Remaong Kutai Menamang
• Kerapatan Pore Sempekat Keroan Kutai
Kirab ini menegaskan bahwa Kutai Kartanegara adalah rumah bersama bagi berbagai suku di Indonesia, yang hidup berdampingan dalam semangat persatuan dan kebinekaan.