Pesut Mahakam Upin Ditemukan Mati di Muara Muntai, Populasi Kritis Kian Terancam

redaksi

Seekor pesut ditemukan tak bernyawa di perairan Desa Kuyung, Kecamatan Muara Muntai, Rabu (5/11/2025) pagi

Fajarnews.co, Kutai Kartanegara – Kabar duka kembali datang dari Sungai Mahakam. Seekor pesut jantan bernama Upin, salah satu individu muda yang selama ini dipantau tim konservasi, ditemukan tak bernyawa di perairan Desa Kuyung, Kecamatan Muara Muntai, Rabu (5/11/2025) pagi. Temuan ini menambah panjang daftar kehilangan satwa endemik yang kian sulit dijumpai di sungai kebanggaan masyarakat Kalimantan Timur itu.

Sekitar pukul 07.00 WITA, warga setempat mendapati tubuh pesut berwarna abu-abu muda itu terdampar di tepi sungai. Informasi segera diteruskan ke Yayasan Konservasi RASI (The Rare Aquatic Species of Indonesia) dan Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak. Tim gabungan bergerak cepat menuju lokasi untuk melakukan evakuasi dan pemeriksaan awal.

Bangkai pesut kemudian dibawa ke Stasiun RASI di Desa Sangkuliman guna dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sekitar pukul 14.25 WITA, dokter hewan bersama tim RASI, BPSPL, dan kelompok sadar wisata Pela melaksanakan proses nekropsi atau bedah bangkai guna mengetahui penyebab kematian.

Dari hasil identifikasi, pesut tersebut berjenis kelamin jantan dan terkonfirmasi sebagai Upin, individu muda yang lahir pada Juli 2022. Ia memiliki panjang tubuh 174 sentimeter dan berat mencapai 104 kilogram. “Upin termasuk pesut yang rutin kami pantau sejak lahir,” ungkap perwakilan tim RASI dalam keterangan resminya.

Meski pemeriksaan awal telah dilakukan, penyebab kematian Upin belum dapat dipastikan. Sampel jaringan tubuh dikirim ke laboratorium untuk menguji kemungkinan adanya infeksi, racun, atau cedera akibat benturan dengan kapal dan jeratan jaring nelayan.

Kematian Upin menjadi peringatan serius bagi dunia konservasi. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) kini berstatus kritis (Critically Endangered) dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN). Di Indonesia, jumlahnya diperkirakan hanya tersisa sekitar 60–62 ekor, menjadikannya salah satu mamalia air tawar paling langka di dunia.

Populasi pesut menurun tajam akibat berbagai faktor: jeratan alat tangkap ikan, tabrakan kapal, penyetruman ikan, hingga pencemaran limbah industri. Berdasarkan data RASI, sedikitnya 70 persen kematian pesut Mahakam antara 1995–2021 disebabkan oleh jaring nelayan tradisional.

Selain ancaman eksternal, faktor biologis turut memperlambat pemulihan populasi. Pesut baru mencapai kematangan seksual pada usia 3–6 tahun dan hanya melahirkan satu anak setiap tiga tahun setelah masa kehamilan panjang, sekitar 9–14 bulan. Laju reproduksi yang lambat membuat kehilangan satu individu muda seperti Upin sangat berdampak pada keberlangsungan spesies.

Melalui akun media sosialnya, Yayasan RASI menyampaikan pesan haru dan ajakan kepada masyarakat: “Selamat jalan, Upin. Mari jaga Mahakam, rumah terakhir mereka.”
RASI juga meminta warga segera melapor ke hotline BPSPL Pontianak di 0811-5747-701 jika menemukan pesut terdampar, baik hidup maupun mati, agar penanganan bisa dilakukan secara cepat dan tepat. (jnl)

Related Post

Tinggalkan komentar