Fajarnews.co, Kinshasa – Wilayah timur Republik Demokratik Kongo kembali diguncang kekerasan berdarah. Pada Minggu dini hari, 27 Juli 2025, sebuah gereja Katolik di Kota Komanda, Provinsi Ituri, menjadi sasaran serangan kelompok bersenjata yang diduga kuat berafiliasi dengan ISIS. Penyerangan yang terjadi sekitar pukul 01.00 itu menewaskan puluhan warga yang sedang berada di gereja, sementara sejumlah rumah dan toko dibakar hingga rata dengan tanah.
Dieudonne Duranthabo, koordinator masyarakat sipil setempat, menyampaikan bahwa situasi setelah kejadian begitu mencekam. Jenazah korban masih tergeletak di lokasi kejadian, sementara para relawan berusaha mempersiapkan pemakaman massal. “Jenazah para korban masih berada di lokasi tragedi dan para relawan sedang mempersiapkan proses penguburan massal di kompleks gereja Katolik,” ungkapnya kepada media.
Tak hanya di Komanda, serangan serupa juga terjadi di Desa Machongani yang berdekatan. Sedikitnya lima warga dilaporkan tewas dalam peristiwa tersebut. Para pelaku juga menculik beberapa orang dan membawa mereka ke dalam hutan, meninggalkan ketidakpastian besar bagi keluarga yang ditinggalkan.
Lossa Dhekana, tokoh masyarakat sipil dari wilayah Ituri, mengonfirmasi bahwa penculikan memang terjadi. “Mereka membawa beberapa orang ke dalam hutan. Kami tidak tahu ke mana mereka dibawa atau berapa jumlahnya,” ujarnya. Hingga kini, belum ada laporan lanjutan mengenai nasib para korban yang diculik.
Pihak militer Republik Demokratik Kongo belum memberikan angka pasti terkait jumlah korban. Letnan Jules Ngongo, juru bicara militer di wilayah Ituri, menyatakan bahwa data awal menyebutkan 10 orang tewas dalam serangan di gereja Komanda. Namun, Radio Okapi yang didukung PBB melaporkan angka kematian bisa mencapai 43 jiwa, berdasarkan keterangan sumber keamanan.
Duranthabo mengecam keras lemahnya respons militer, terutama karena serangan terjadi di kota yang seharusnya berada dalam pengawasan ketat aparat keamanan. Ia menyebut keberadaan pasukan di kota tak mampu mencegah tragedi ini. “Musuh masih berada di dekat kota kami,” tegasnya sambil menyerukan perlunya intervensi militer skala penuh.
Serangan ini diduga dilakukan oleh kelompok Allied Democratic Forces (ADF), yang sejak 2019 telah menyatakan kesetiaan kepada ISIS. Kelompok ini awalnya terbentuk di Uganda pada akhir 1990-an, lalu memindahkan operasinya ke wilayah Kongo pada 2002. Sejak itu, ADF dikenal kejam dan sering menyasar warga sipil dalam aksinya.
Aksi kekerasan terbaru ini semakin memperparah situasi keamanan di kawasan timur Kongo yang selama bertahun-tahun menjadi sarang kelompok bersenjata. Pemerintah Kongo menghadapi tekanan besar untuk segera menuntaskan ancaman dari kelompok-kelompok seperti ADF. Sementara itu, warga Komanda dan sekitarnya kini hidup dalam ketakutan, dikepung trauma dan kehilangan.
Sumber : https://www.liputan6.com/global/read/6116609/serangan-pemberontak-pro-isis-ke-gereja-katolik-kongo-tewaskan-sedikitnya-34-orang
Penulis : Arnelya NL